Tugas : Individu
Mata Ajar
: Keperawatan Jiwa II
Dosen : Maria Filifrida setia S,kep Ns
ASUHAN
KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH
Nama :
Ferdinand Songgreri
Nim : 12-2195
Kelas :
III C
Sekolah
Tinggi Ilmu Keperawatan
STIKPER
Gunung Sari
Makassar
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha
Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini, adapun masalah yang penulis angkat dalam
makalah ini yaitu “ Keperwatan Jiwa II ”.
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang kemudian bermamfat bagi kita semua
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang kemudian bermamfat bagi kita semua
Walaupun makalah
ini telah tersusun, namun penulis tetap terbuka hati menerima saran, masukan
maupun kritikan membagun dari semua teman-teman
untuk penyempurnaan penyusunan berikut nya
Dan akhirnya semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua………
Makassar 10 Juni 2015
penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Sampul.....................................................................................................
i
Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftaar Isi …………………………………………………………………..……….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................
1
B. Batasan Masalah……………………………………………………………….
2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………
2
D. Metode Penulisan
…………………………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ………………………………………………………………...…..
3
B. Penyebab Harga Diri Rendah
……………………………………………….. 4
C. Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah……………………………………….
5
D. Proses Terjadinya Masalah……………………………………………...……
5
E. Akibat Harga Diri Rendah……………………………………………………
6
F. Rentang Respon…………………………………………………..…………..
6
G. Factor Predisposisi Dan Presipitasi………………………………..….………
7
H. Mekanisme Kuping…………………………………………….…..…………
8
I.
Pohon Masalah………………………………………………………….…… 10
J.
Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul………….…………….…… 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ……………………………………………………….………….
11
B. Data yang perlu di kaji ………………………………………….…….……
12
C. Diagnose ……………………………………………...…….....……………
12
D. Rencana Tindakan Keperawatan ………………….………….……………
14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………… 12
B. Saran…………………………………………………………………...…… 12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam hidup
di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan melaksanakan hubungan yang
harmonis baik dengan individu lain maupun lingkungan sosialnya. Tapi dalam
kenyataannya individu sering mengalami hambatan bahkan kegagalan yang
menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan kestabilan dan identitas
diri, sehingga konsep diri menjadi negatif. Jika individu sering mengalami
kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri
misal harga diri rendah.
Faktor psikososial merupakan
faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, dan
dewasa). Yang mana akan menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga
memaksakan untuk mengikuti dan mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor
yang timbul. Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang akan memunculkan
gangguan kejiwaan.
Salah satu gangguan jiwa yang
ditemukan adalah gangguan konsep harga diri rendah, yang mana harga diri rendah
digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat,
1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera
ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat.
Beberapa tanda-tanda harga diri rendah adalah rasa bersalah terhadap diri
sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan
sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai mencederai diri
(Townsend, 1998).
B. Batasan Masalah
Dalam makalah ini, kami membatasi
penyajian kami pada ruang lingkup yang meliputi :
1. Pengertian
harga diri rendah
2. Penyebab harga
diri rendah
3. Tanda &
gejala harga diri rendah
4. Proses
terjadinya masalah
5. Akibat harga
diri rendah
6. Rentang Respon
7. Faktor
predisposisi dan presipitasi
8. Mekanisme Kuping
9. Pohon Masalah
10. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Tujuan umum
Perawat mampu mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah.
2. Tujuan khusus
Untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada klien selama
memberikan asuhan keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah dan
berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut.
D. Metode Penulisan
Metode
penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari
referensi yang berkaitan dengan pokok bahasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan. Gangguan harga diri atau
harga diri rendah dapat terjadi secara kronik, yaitu perasaan negatif
terhadap diri telah berlangsung lama. Gangguan harga diri rendah merupakan
masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang
sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif,
membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri (Keliat, 1998).
Evaluasi dari dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
(Townsend, MC, 1998).
Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult &
Videbeck, 1998).
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat
terjadi secara:
1) Situasional,
yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu ( korban perkosaan, ditubuh KKN, dipenjara tiba-tiba ).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri
rendah karena:
a.
Privacy yang
kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan ( pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perineal ).
b.
Harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/
penyakit.
c.
Perlakuan
petugas kesehatan yang yidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan
dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada
klien gangguan fisik.
2)
Kronik, yaitu
perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau
dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat
akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan
respon yang maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik
yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
B.
Penyebab Harga Diri Rendah
Faktor yang mempengaruhi harga diri
meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan
yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan
dari sumber internal dan eksternal, seperti : trauma fisik maupun psikis,
ketegangan peran, transisi peran situasi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian, serta transisi peran sehat
sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan sakit. (Stuart &
Sundeen, 1991).
C. Tanda dan
Gejala Harga Diri Rendah
Tanda dan gejala yang dapat dikaji pada gangguan harga
diri rendah adalah:
1.
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit, misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi rontok setelah
mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah
pada diri sendiri, misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah
sakit, menyalahkan, mengejek, dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
tidak tahu apa-apa atau saya orang bodoh.
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, suka menyendiri.
a.
Percaya diri
kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya memilih alternatif tindakan.
b.
Mencederai
diri, akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin
mengakhiri kehidupan.
D. Proses terjadinya Masalah
Individu yang kurang mengerti akan arti
dan tujuan hidup akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan
orang lain. Ia akan tergantung pada orang tua dan gagal mengembangkan kemampuan
sendiri ia mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan
berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri
sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi
harga diri rendah dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri
dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya
terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara. Kesalahan dan
kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung jawab
terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena
adanya kegagalan atau berduka disfungsional dan individu yang mengalami
gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau kopingnya
maladaptive.
Resiko yang dapat terjadi pada individu
dengan gangguan harga diri rendah adalah isolasi sosial: menarik diri karena
adanya perasaan malu kalau kekurangannya diketahui oleh orang lain. ( Stuart
dan Sundeen, 1991 )
E. Akibat Harga
Diri Rendah
Klien yang mengalami gangguan harga
diri rendah bisa mengakibatkan gangguan interaksi sosial : menarik diri,
perubahan penampilan peran, keputusasaan maupun munculnya perilaku kekerasan
yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. (Keliat, 1998).
F. Rentang Respon
Respon
Adaptif
Respon Maladaptif
Aktualisasi Konsep diri Harga Diri Kerancuan Depersonalisasi
Diri Positif Rendah Kronis identitas
G.
Faktor Predisposisi dan Presipitasi
1.
Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah
pengalaman masa kanak-kanak merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan
masalah atau gangguan konsep diri. Anak-anak sangat peka terhadap
perlakuan dan respon orang tua, lingkungan, sosial serta budaya. Orang tua yang
kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian
diri, sehingga individu tersebut kurang mengerti akan arti dan tujuan
kehidupan, gagal menerima tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tergantung pada
orang lain serta gagal mengembangkan kemampuan diri. Sedangkan faktor biologis,
anak dengan masalah biologis juga bisa menyebabkan harga diri rendah. Misalnya anak
lahir menilai dirinya rigatif. (Stuart & Sundeen, 1991)
2. Faktor
Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi
individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau
stresor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Stresor yang
mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan
diri dari orang tua yang berarti : pola asuh anak tidak tepat, misalnya:
terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan
kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal bertanggung
jawab terhadap diri sendiri (Stuart Sundeen, 1991). Sepanjang kehidupan
individu sering menghadapi transisi peran yang dapat menimbulkan stres
tersendiri bagi individu.
Stuart dan Sundeen, 1991
mengidentifikasi transisi peran menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Transisi Perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap
perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan
yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stresor
bagi konsep diri.
b. Transisi Peran situasi.
Transisi peran situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau
berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status
sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan
perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran, yaitu konflik peran
tidak jelas atau peran berlebihan.
c. Transisi Peran Sehat-Sakit
Stresor pada tubuh dapat
menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri.
Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran
diri, identitas diri, peran dan harga diri. (Stuart & Sundeen, 1991)
H. Mekanisme
Koping
Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan
gangguan konsep diri dibagi dua yaitu:
1. Koping jangka
pendek
a.
Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis, misalnya :
pemakaian obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga berat dan obsesi nonton
televisi.
b.
Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya: ikut kelompok
tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok, memiliki
kelompok tertentu, atau pengikut kelompok tertentu.
c.
Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri
atau identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang kompetitif, olah raga,
prestasi akademik, kelompok anak muda.
d.
Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan tentang
keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri dan
orang lain.
2. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat
berkembang menjadi koping jangka panjang. Penyelesaian positif akan
menghasilkan ego identitas dan Keunikan individu.
Identitas negatif merupakan rintangan
terhadap nilai dan harapan masyarakat. Remaja mungkin menjadi anti sosial, ini
dapat disebabkan karena ia tidak mungkin mendapatkan identitas yang positif.
Mungkin remaja ini mengatakan “saya mungkin lebih baik menjadi anak tidak
baik”.
Individu dengan
gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat menggunakan ego-oriented reaction
(mekanisme pertahanan diri) yang bervariasi untuk melindungi diri. Macam
mekanisme koping yang sering digunakan adalah : fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi.
Dalam keadaan
yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian
sebagai berikut: psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia, nervosa, bunuh diri
criminal, persetubuhan dengan siapa saja, kenakalan, penganiayaan.
I. Pohon Masalah
Resiko tinggi perilaku kekerasan
Effect : Perubahan
persepsi sensori : Halusinasi
Isolasi social
Core problem : Harga Diri
Rendah Kronis
Causa : Koping
individu tidak efektif
J. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.
Harga
diri rendah kronis.
2.
Koping
individu tidak efektif.
3.
Isolasi
social.
4.
Perubahan
persepsi sensori : Halusinasi.
5.
Risti
perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Antai Ontong, Deborah, 1994.Psychaiatric Nursing : Biological
and Behavioral concept.
Balitbang. 2007 . Workshop
Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor.
Byod M.A dan Nihart, M.A 1998 Psychartric Nursing : Contemporaly Pratices. Philadelphia.