Sabtu, 09 April 2016

MAKALAH Harga Diri Rendah ( HDR ) Tugas Individu




Tugas             : Individu

Mata Ajar          : Keperawatan Jiwa II
Dosen            : Maria Filifrida setia S,kep Ns


      ASUHAN KEPERAWATAN
     HARGA DIRI RENDAH


 








Nama      : Ferdinand Songgreri
Nim        : 12-2195
Kelas     : III C
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
STIKPER Gunung Sari
Makassar
2015

 
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami  panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa  yang telah memberikan  rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, adapun  masalah yang penulis angkat dalam makalah ini yaitu Keperwatan Jiwa II ”.
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang kemudian bermamfat bagi kita semua
Walaupun makalah ini telah tersusun, namun penulis tetap terbuka hati menerima saran, masukan maupun kritikan membagun dari semua teman-teman  untuk penyempurnaan penyusunan berikut nya
Dan akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua……… 


   Makassar 10 Juni 2015
                 penulis 




DAFTAR ISI
Halaman Sampul..................................................................................................... i
Kata Pengantar .....................................................................................................  ii
Daftaar Isi …………………………………………………………………..……….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang............................................................................................. 1
B.     Batasan Masalah………………………………………………………………. 2
C.     Tujuan Penulisan……………………………………………………………… 2
D.     Metode Penulisan …………………………………………………………….. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.     Pengertian ………………………………………………………………...….. 3
B.     Penyebab Harga Diri Rendah ……………………………………………….. 4
C.     Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah………………………………………. 5
D.     Proses Terjadinya Masalah……………………………………………...…… 5
E.      Akibat Harga Diri Rendah…………………………………………………… 6
F.      Rentang Respon…………………………………………………..………….. 6
G.     Factor Predisposisi Dan Presipitasi………………………………..….……… 7
H.     Mekanisme Kuping…………………………………………….…..………… 8
I.        Pohon Masalah………………………………………………………….…… 10
J.       Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul………….…………….…… 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A.     Pengkajian ……………………………………………………….…………. 11
B.     Data yang perlu di kaji ………………………………………….…….…… 12
C.     Diagnose ……………………………………………...…….....…………… 12
D.     Rencana Tindakan Keperawatan ………………….………….…………… 14
BAB IV PENUTUP
A.     Kesimpulan………………………………………………………………… 12
B.     Saran…………………………………………………………………...…… 12

DAFTAR PUSTAKA




BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga diri rendah.
Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang timbul. Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang akan memunculkan gangguan kejiwaan.
Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai mencederai diri (Townsend, 1998).

B.     Batasan Masalah
Dalam makalah ini, kami membatasi penyajian kami pada ruang lingkup yang meliputi :
      1.      Pengertian harga diri rendah
      2.      Penyebab harga diri rendah
      3.      Tanda & gejala harga diri rendah
      4.      Proses terjadinya masalah
      5.      Akibat harga diri rendah
6. Rentang Respon
      7.      Faktor predisposisi dan presipitasi
8. Mekanisme Kuping
      9.      Pohon Masalah
      10.   Masalah Keperawatan yang mungkin muncul

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Tujuan umum
Perawat mampu mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
2.      Tujuan khusus
Untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada klien selama memberikan asuhan keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah dan berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut.

D.    Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari referensi yang berkaitan dengan pokok bahasan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa   gagal mencapai keinginan. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama. Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif, membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri (Keliat, 1998).
Evaluasi dari dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, MC, 1998).
Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck, 1998).
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
1)      Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu ( korban perkosaan, ditubuh KKN, dipenjara tiba-tiba ).
 Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
a.       Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan ( pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal ).
b.      Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
      c.       Perlakuan petugas kesehatan yang yidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik.

2)      Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.

B.     Penyebab Harga Diri Rendah
      Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.
      Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal, seperti : trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian, serta transisi peran sehat sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan sakit. (Stuart & Sundeen, 1991).



C.    Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
Tanda dan gejala yang dapat dikaji pada gangguan harga diri rendah adalah:
 1.      Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit, misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi rontok setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2.  Rasa bersalah pada diri sendiri, misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan, mengejek, dan mengkritik diri sendiri.
3.      Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya tidak tahu apa-apa atau saya orang bodoh.
4.      Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, suka menyendiri.
a.       Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya memilih alternatif tindakan.
b.      Mencederai diri, akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

D.    Proses terjadinya Masalah
       Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung pada orang tua dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai.

      Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara. Kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
      Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau kopingnya maladaptive.
      Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga diri rendah adalah isolasi sosial: menarik diri karena adanya perasaan malu kalau kekurangannya diketahui oleh orang lain. ( Stuart dan Sundeen, 1991 )

E.     Akibat Harga Diri Rendah
      Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan gangguan interaksi sosial : menarik diri, perubahan penampilan peran, keputusasaan maupun munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. (Keliat, 1998).

F. Rentang Respon
              Respon Adaptif                                                                             Respon Maladaptif
 
  Aktualisasi           Konsep diri            Harga Diri              Kerancuan          Depersonalisasi
      Diri                    Positif                 Rendah Kronis           identitas



G.     Faktor Predisposisi dan Presipitasi
1.      Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah pengalaman masa kanak-kanak merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan masalah atau gangguan konsep diri. Anak-anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua, lingkungan, sosial serta budaya. Orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian diri, sehingga individu tersebut kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan, gagal menerima tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tergantung pada orang lain serta gagal mengembangkan kemampuan diri. Sedangkan faktor biologis, anak dengan masalah biologis juga bisa menyebabkan harga diri rendah. Misalnya anak lahir menilai dirinya rigatif. (Stuart & Sundeen, 1991)

2.      Faktor Presipitasi
      Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stresor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Stresor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti : pola asuh anak tidak tepat, misalnya: terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart Sundeen, 1991). Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi transisi peran yang dapat menimbulkan stres tersendiri bagi individu.


Stuart dan Sundeen, 1991 mengidentifikasi transisi peran menjadi 3 kategori, yaitu:
      a.       Transisi Perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.
      b.      Transisi Peran situasi.
Transisi peran situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran, yaitu konflik peran tidak jelas atau peran berlebihan.
      c.       Transisi Peran Sehat-Sakit
Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri. (Stuart & Sundeen, 1991)

H.    Mekanisme Koping
Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri dibagi dua yaitu:
1.      Koping jangka pendek
a.   Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis, misalnya : pemakaian obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga berat dan obsesi nonton televisi.
b.   Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya: ikut kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok, memiliki kelompok tertentu, atau pengikut kelompok tertentu.
c.   Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri atau identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang kompetitif, olah raga, prestasi akademik, kelompok anak muda.
d.   Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan tentang keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri dan orang lain.

2. Koping jangka panjang
         Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan Keunikan individu.
        Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat. Remaja mungkin menjadi anti sosial, ini dapat disebabkan karena ia tidak mungkin mendapatkan identitas yang positif. Mungkin remaja ini mengatakan “saya mungkin lebih baik menjadi anak tidak baik”.
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat menggunakan ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan diri) yang bervariasi untuk melindungi diri. Macam mekanisme koping yang sering digunakan adalah : fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi.
Dalam keadaan yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian sebagai berikut: psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia, nervosa, bunuh diri criminal, persetubuhan dengan siapa saja, kenakalan, penganiayaan.



I.      Pohon Masalah

  Resiko tinggi perilaku kekerasan
 


Effect :                                         Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
 


Isolasi social
 
Core problem  :                                Harga Diri Rendah Kronis
 


Causa :                                          Koping individu tidak efektif




  J.   Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.      Harga diri rendah kronis.
2.      Koping individu tidak efektif.
3.      Isolasi social.
4.      Perubahan persepsi sensori : Halusinasi.
5.      Risti perilaku kekerasan.



DAFTAR PUSTAKA

Antai Ontong, Deborah, 1994.Psychaiatric Nursing : Biological and Behavioral concept.
Balitbang. 2007 . Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor.
Byod M.A dan Nihart, M.A 1998 Psychartric Nursing : Contemporaly Pratices. Philadelphia.